ka..terangin tentang Teori sastra dong...??

Teori sastra umumnya berupaya menjelaskan kepada pembaca perihal karya sastra sebagai karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Yunus:1990). Karya sastra merupakan ekpresi jiwa dan batin penciptanya (Sastrowardoyo:1988).
Karya itu muncul sebagai dalam bentuk fisik (bahasa) yang khas. Kekhasan bahasa itu menunjukkan bahwa karya sastra bukanlah komunikasi biasa, melainkan kounikasi yang unik dan dapat menimbulkan multi makna dan penafsiran (A.Teeuw: 1984). Oleh karena itu diperlukan seperangkat teori keilmuan yang mengkaji, membahas, memperkatakan, dan menjelaskan perihal apa, mengapa, dan bagaimana karya sastra itu.
Jika disiasati dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, khsusunya sastra, teori yang paling menonjol yang
dimanfaatkan adalah teori structural. Teori ini melihat sastra sebgaia suatu
subjek yang otonom. Sastra sebagai karya otonom terdiri dari dua unsure
penting. Kedua unsur itu adalah unsur-unsur yang membangunnya dari luar dan
dari dalam. Unsur itulah yang disebut unust ektrinsik dan unusr intrinsik
(Esten:1988).
Hal itu tertera di dalam dokumen
kurikulum sekolah 1975, 1984,
1987,kurikulum 1994, dan standar isi 2006. Jadi, pada dasarnya teori
strukturallah yang mewarnai teori sastra yang digunakan untuk pembelajaran di
sekolah.Selain teori struktural, ada
sejumlah teori yang ditawarkan oleh para dosen di LPTK, khususnya bahasa dan
sastra Indonesia. Teori-teori itu antara lain sosilogi sastra,
resepsi sastra, dan psikologi sastra. Teori sosiologi
sastra menjelaskan bahwa karya sastra berasal dari kenyataan-kenyataan social
yang ada di tengah masyarakat.
Kenyataan-kenyataan itu merupakan
merupakan realitas objektif yang menjadi tesis dari sebuah karya sastra. Dari
tesis itulah pengarang melahirkan
keinginan, harapan, dan cita-citanya. Hal itulah yang kemudian menjadi realitas
imajinatif yang dikenal dengan antitesis. Dari tesis dan antitesis itu lahirlah
karya sastra sebagai sintesis. Jadi
karya sastra itu dibangun dari realitas objektif dan realitas imajinatif.
Teori resepsi sastra berpendangan
bahwa makna karya sastra ditentukan oleh pembacanya. Pembaca memiliki kebebasan
untuk memberikan makna atau arti sebuah karya sstra. Setiap orang (pembaca)
dapat memberikan makna, arti, dan respon terhadap karya sastra yang dibaca atau
dinikmatinya. Makna dan arti karya itu dikaitkan dengan pengalaman batin
pembaca, pengalaman hidup pembaca, dari situlah makna dibangun.
Dengan demikian terjadilah
keberanekaragaman makna dari setiap karya sastra. Teori ini dipolerkan di
Indonesia oleh Prof. Umar Yunus, guru besar sastra Melayu Universitas Kebangsaan
Malaya tahun 80-an. Prof. Rizanur Gani mengaplikasikan teori itu dalam bukunya
“Pembelajaran Sastra, Respon dan Analisis.Teori psikologi sastra berupaya
menjelaskan perkembangan psikologis tokoh atau pelaku-pelaku dalam karya
sastra. Selain itu juga berupaya menjelaskan hubungan penulisnya secara psikologis dengan karyanya. Hal itu juga
ditawarkan oleh para pakar perguruan tinggi.
Jadi, teori-teori sastra tersebut
pada dasarnya adalah untuk membantu pembaca mengenal, memahami, dan
mengapresiasi karya sastra. Dengan teori itu pembaca akan
terbantu menikmati karya-karya sastra yang dibacanya.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran,
teori itu membantu guru mengantarkan siswa untuk dapat mengapresiasi karya
sastra.
0 Komentar