PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TARAF BORDERLINE

Klasifikasi Borderline

Psikologi taraf borderline analysis, psikologi taraf borderline adalah Taraf kecerdasan borderline atau sering disebut sebagai kelompok ”lambat belajar” di dunia pendidikan. Secara intelektual borderline berbeda dengan retardasi mental, sekalipun keduanya menunjukkan kondisi intelektual di bawah rata-rata. Bordeline tidak termasuk pada kelompok retardasi mental, borderline menjadi kelompok tersendiri yang memisahkan antara retardasi mental dan normal. Apabila merujuk kepada konsep dan definisi retardasi mental perbedaan itu nampak jelas apabila dilihat dari tingkat kecerdasan yang diperoleh berdasarkan skor IQ. Seorang anak dikatakan retardasi mental apabila memiliki skor IQ menyimpang dua standar deviasi  (IQ 70 ke bawah), sementara penyimpangan satu standar deviasi  (IQ 71 - 85) tergolong anak yang disebut borderline. (Mulyono, 1995).



Karakteristik Boderline

PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TARAF BORDERLINE, Perkembangan fungsi intelektual anak dengan taraf kecerdasan borderline yang berada di bawah rata-rata juga dimungkinkan disertai dengan kesulitan dalam perkembangan perilaku adaptif yang akan berakibat langsung kepada kehidupan mereka sehari-hari. Masalah-masalah yang dihadapi mereka secara umum meliputi; masalah belajar, masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, serta masalah kepribadian.

Hambatan dalam belajar

Aktivitas belajar berkaitan langsung dengan kemampuan kecerdasan. Di dalam kegiatan belajar sekurang-kurangnya dibutuhkan kemampuan mengingat dan memahami, serta kemampuan untuk mencari hubungan sebab akibat. Anak-anak yang termasuk dalam kelompok boderline kebanyakan mengalami kesulitan untuk dapat berfikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan obyek yang bersifat konkrit. Kondisi seperti itu ada hubungannya dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar sekali dalam mengembangkan ide (Kephart, 1996). Hasil penelitian Alimin  (1997) menunjukkan bahwa anak borderline mengalami cognitive deficite yang tercermin dalam proses kognitif seperti ; persepsi, daya ingat, mengembangkan ide, evaluasi dan penalaran. Pembelajarannya pun diharapkan untuk menghindari penggunaan bahasa yang komplek. Bahasa yang digunakan hendakya berbentuk kalimat tunggal yang pendek dan konkrit sehingga anak mudah untuk memahaminya.

Hambatan dalam Penyesuaian Diri

Anak borderline juga memiliki karakteristik sulit dalam memahami dan mengartikan norma lingkungan. Hal ini dipengaruhi dari terbatasnya kemampuan anak untuk memahami isyarat social di sekitarnya, juga keterbatasan dalam memandang suatu konsep sebab akibat. (Kephart, 1996). Hambatan Kepribadian Anak borderline cenderung mengalami banyak kegagalan dan frustrasi. Kegagalan lebih dipengaruhi oleh terbatasnya kapasitas intelektual. Akibatnya anak juga memiliki kesulitan dalam memilih problem solving dan labil dalam ketahanan emosinya sehingga menjadi lebih mudah frustrasi. Hal ini berpengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian mereka.  Proses kognitif dan proses kepribadian merupakan dua hal yang berdiri sendiri, tetapi keduanya saling mempengaruhi. Proses kognitif terlibat erat dalam perubahan pola kepribadian, dan bahkan dalam reaksi emosi. Sangat masuk akal apabila berpegang pada asumsi dimana orang yang kemampuan mentalnya rendah, kepribadiannya menjadi tidak matang, dan tidak rasional (Kephart, 1996).

Dalam Ingall (1987), kepribadian anak dengan kapasitas kognitif yang rendah juga dapat dianalisa dengan menggunakan teori psikoanalisa Freud, Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga bagian yaitu; Id, Ego, dan Super Ego. Id merupakan penggerak kepribadian manusia yang bersifat insting dengan prinsif mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknyamanan. Ego, yang berfungsi sebagai eksekutif dan bertugas untuk menguji realitas, membawa impuls-impuls dari Id dan membuat keseimbangan antara impuls-impuls yang datang dari Id dengan tuntunan realitas, Ego, merupakan aspek psikologis dari kepribadian. Ego berfungsi sebagai instrumen pelaksana dalam memenuhi kebutuhan Id. Akan tetapi ego tidak dapat memenuhi kebutuhan Id begitu saja, harus memenuhi kaidah normatif dari super ego, sehingga pemenuhan kebutuhan Id tidak bertentangan dengan norma dimana individu berada. Anak-anak yang memiliki kapasitas kognitif yang terbatas mengalami kelemahan dalam fungsi ego. Ego yang normal berfungsi untuk menggali dan mempelajari realitas, memahami akibat dari sebuah tindakan, dan belajar untuk menahan keinginan serta yang secara sosial dapat diterima.

Anak borderline mengalami kelemahan dalam proses seperti itu. Kelemahan fungsi ego menyebabkan anak borderline tidak mampu menyalurkan ketegangan insting dalam bentuk perilaku yang dapat diterima. Penyaluran ketegangan dalam mengontrol kecemasan lebih banyak didasarkan pada  mekanisme pertahanan diri yang lebih bersifat primitif. Semakin primitif mekanisme pertahanan diri, semakin tidak efektif dalam mereduksi kecemasan. Oleh sebab itu ada kecenderungan anak dengan taraf kecerdasan borderline mempunyai reaksi irasional dan kecemasan yang berlebihan (Kephart, 1996).

0 Komentar