PENGADAAN TENAGA KERJA : MENYARING DAN MENEMPATKAN

 


Dalam bukunya penulis mengartikan pengadaan tenaga kerja dengan Human Resource Management, atau bisa di bilang tiga jenis kegiatan Recritment, selection, dan placement. Penulis mengemukakan bahwa dalam melaksanakan ketiga kegiatan tersebut bepacu pada pendekatan yang islami, yaitu : Abdullah dan Khalifah, Konsep Adil, Tujuan Organisasi dan Tujuan Individu SDI, dan yang terakhir adalah berpacu pada karakter Rasulullah. Proses menyaring melibatkan sepasang kegiatan yag umum dikenal dengan rekruitment dan seleksi, sedangkan menempatkan seseorang untuk bertanggung jawab pada tugas jabatan tertentu dikenal dengan placement.

Penulis juga memaparkan bahwa dalam aktivitas pengadaan SDI yang islami harus ada acuan pada kriteria kejujuran (Shiddiq), dapat dipercaya dengan baik (Amanah), Cerdas (Fathanah), dan Mampu berkomunikasi dengan baik (Tabligh), penulis mengistilahakan ke empat kriteria Rasull tersebut dengan “SAFT”. Dimilikinya empat sifat ini oleh tenaga kerja banyak sedikitnya menjamin bahwa mereka memiliki apa yang sekarang dikenal dengan kecerdasan Intelegen (IQ), kecerdasan emosi (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ), yang semakin lama semakin dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan.

A.    Pengadaan Tenaga Kerja dalam Sejarah

Dalam menjelaskan Sejarah Pengadaan tenaga Kerja dalam Islam penulis mencoba menguraikan Dua Hadits.

Pertama, penulis menguraikan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy’ari yang berkata : “ Aku dan dua orang lelaki dari keturunan pamanku datang kepada Nabi, salah satu dari lelaki itu berkata, ‘Hai Rasulullah, jadikanlah aku sebagai pejabat atas kekuasaan yang telah diberikan Allah kepadamu’, lelaki lainya juga mengatakan demikian. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Demi Allah, sesungguhnya aku tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang memintanya atau orang yang sangat menginginkannya’.

Kedua, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslimketika Abu Dzar al-Ghifari meminta Rasulullah untuk menjadikanya sebagai gubernur pada salah satu wilayah kekuasaan Islam; Rasul menanggapi permintaan ini dengan berkata : ‘Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah dan aku suka sesuatu yang ada pada dirimu sebagaimana dalam diriku. Sesungguhnya jabatan itu Amanah dan di hari kiamat, ia akan berubah menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali diserahkan pada orang yang berhak dan mampu menunaikan tugas-tugas yang terkait dengan jabatan itu, ‘Rasulullah SAW menolak permintaan Abu Dzar karena dalam jabatan ini terdapat persyaratan kompetensi yang tidak terpenuhi olehnya.

Dua hadits diatas  menggambarkan bagaimana Rasulullah memilih, pertama beliau tidak memberikan jabatan kepada yang sangat menginginkannya dan kedua beliau mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah. Dari sisi yang berbeda dapat diartikan bahwa dalam kasus dua hadits ini, mereka meminta jabatan tersebut tidak mengukur kemampuan dirinya.

            Sedangkan dalam menjelaskan isilah Placement, penulis merujuk pada Q.S. Yusuf ayat 54-55.

{وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (54) قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ (55) }

 

Artinya : Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

                Dalam kasus diatas, nabi Yusuf sangat tahu kemampuan beliau dan beliau ingin membagi kemampuannya tersebut untuk kepentingan masyarakat.

Selain ayat diatas, penulis juga mengambil kisah yang terdapat dalam Q.S Al-Qashash ayat 26.

ôMs9$s% $yJßg1y÷nÎ) ÏMt/r'¯»tƒ çnöÉfø«tGó$# ( žcÎ) uŽöyz Ç`tB |Nöyfø«tGó$# Èqs)ø9$# ßûüÏBF{$# ÇËÏÈ    

Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

                Kuat di sini dapat dianalogikan dengan keterampilan atau kualifikasi tertentu yang disyaratkan oleh jabatan bersangkutan serta kemampuan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip islam. Dapat dipercaya berarti takut pada Allah SWT, menaati kewajiban moral dan komitmen pada tujuan-tujuan organisasi serta masyarakat.

            Penulis mengungkapkan bahwa Rasulullah sangat selektif dalam memilih pegawainya, Rasulullah memilih siapa sahabatnya yang agamanya kuat dan menjadi pionir dalam masuk agama Islam itulah yang akan dijadikan pegawainya atau patner Beliau. Rasulullah juga tak ragu-ragu meminta pendapat dari para sahabatnya tentang track-record ­calon pegawai.

            Dan yang terakhir penulis bercermin pada kisah Thalut dan Jalut yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 249;

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢبِيَدِهٖ ۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ 

Artinya : Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan Barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, Maka Dia adalah pengikutku." kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama Dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan Kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar."

 

B.     Rekrutmen

Menurut penulis Rekrutmen adalah proses menemukan dan menarik pelamar-pelamar yang mampu untuk dipekerjakan, yang dalam proses ini dimulai ketika calon pelamar dicari dan berakkhir dengan sejumlah lamaran masuk. Jadi menurut penulis rekruitmen adalah kumpulan pelamar yang telah memenuhi syarat sehingga siap untuk disaring mmelalui tahap seleksi.

            Dalam bukunya “Pengelolaan Sumber Daya Insani” penulis menjelaskan bahwa proses rekrutmen adakalanya dilakukan secara ‘Internal’, dapat juga dilakukan secara Eksternal. Maksud dari secara internal dalah dimana calon pemangku jabatan dicari dari karyawan yang telah dimiliki perusahaan. Sedangkkan secara eksternal berarti mencari calon karyawan dari luar perusahaan.

            Konsep adil menjadi inti dari pertimbangan  dalam pengadaan SDI, artinya menurut penulis dalam proses rekrutmen memberi peluang yang sama bagi setiap orang dan mmemberikan perlakuan yang sama kepada setiap pelamar. Selama semuanya dilakukan dengan adil, transparan dan oyektif, maka  masalah kedekatan, perkawanan, dan kekerabatan tidak lagi ada artinya. Bukan berarti kerabat tidak bisa dijadikan karyawan sendiri, selama dia mempunya kapasitas yang mumpuni sah saja diberikan jabatan yang sesuai dengan keahliannya. Karena dulu rasulullah juga pernah memprioritaskan rekrutmen dari keturunannya sendiri, beliau beralasan karena yang dia memenuhi persyaratan apa yang Baginda standarkan.

 

C.    Menyaring (Seleksi)

Seleksi dilakukan ketika proses Rekrutmen berakhir, artinya ketika perusahaan telah memiliki sejumlah besar calon karyawan. Penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan proses seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah si pelamar diterima atau tidak sesuai dengan kualifikasi yang ada dalam uraian jabatan.

Sebagai pijakanya penulis mengambil Qaul sahabat Ali bin Abi Thalib, ketika itu sahabat Ali memerintahkan Asytar al-Nukhai, gubernnur Mesir untuk mendapatkan pekerja-pekerja yang handal. Dalam perintahnya ia mengatakan, “Jika engkau ingin mengangkat karyawan, maka pilihlah secara selektif. Janganlah engkau mengangkatnya karena ada unsur kecintaan dan kemuliaan, karena hal ini akanmenciptakan golongan durhaka dan khianat. Pilihlah karyawan karena pengalaman dan kompetensi yang dimiliki ...”

Mennurut penulis pada umumnya suatu perusahaan ketika menyeleksi calon karyawanya memberikan berbagai tes, diantaranya :

1.      Tes Kemampuan Fisik, tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui daya tahan, kinerja, kecelakaan kerja, dan ketidakmampuan.

2.      Tes Kempampuan Kognitof, untuk melihat kemampuan mental individu.

3.      Tes Kepribadian, untuk mengetahui apa yang mereka sukai, sehingga karakter mereka akan terlihat. Dan menurut penulis tes ini dapat pula digunakan untuk melihat kapasitas SAFT yang da dalam diri pelamar. Dalam hal ini penulis membubuhkan tabel Dimensi dan Karakter Kepribadian yang beliau kutip dari buku Noe et al. Tabelnya adalah sebagai berikut.

Dimensi

Karakter Kepribadian

Extroversion

Ramah, Suka berkawan, mudah bergaul, ekspresif.

Penesuaian (Adjustment)

Secara emosional Stabil, tidak mudah putus asa, teguh.

Agreablenes

Menyenangkan, dapat dipercaya, baik, toleran, dapat bekerja sama, suka memaafkan.

Teliti, Cermat Conscientiousness

Berorientasi pada pencapaian, dapat diandalkan, terorganisir, tekun, bersungguh-sungguh.

Keingintahuan Inquistivenes

Selalu ingin tahu, memiliki imajinasi, peka terhadap seni, wawasan luas, dan jenaka.

 

4.      Tes contoh Pekerjaan, Tes ini cennderung Spesifik kepada jenjang pekerjaan.

5.      Tes Kejujuran

6.      Tes Medis, diperlukan untuk melihat kesehatan pelamar secara keseluruhan.

7.      Tes Ketrgantungan Obat (Drug Test).

Penulis menjelaskan bahwa tes wawancara atau dikenal dengan istilah Interview ditujukan untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dideteksi dari tes-tes tertulis sperti :

·         Menilai sikap pelamar

·         Menilai kemampuan komunikasi pelamar.

·         Mencoocokan data yang ditulis dalam berkas lamaran.

·         Memberikan informasi tentang pekerjaan pada pelamar.

·         Menilai kecocokan dan kesesuaian antara pelamar dengan pekerjaan yang ditawarkan.

·         Meilih satu diantara pelamar yang dianggap peling sesuai dengan pekerjaan.

Menurut penulis seleksi juga harus dijalankan dengan prinsip Impresonal dalam arti tidak pandang bulu siapa yang di seleksi, materi yang diujikan dan kriteria kelulusan harus sama.

D.    Menempatkan

Penulis berpendapat bahwa dalam menempatkan karyawan haruslah dilakukan dengan hati-hati agar tiap pekerja dapat bekerja sesuai dengan keahliannya dan mengerti bagaimana mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam hal ini penulis merujuk pada hadits yang di riwayatkan oleh imam Bukhori “Ketika engkau menyia-nyiakan amanah, maka tanggunglah kehancurannya”. Dikatakan, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatnya sia-sia ?” Rasul bersabda, “Ketika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”

 

0 Komentar