GERHANA
(Pengertian Dan Perhitungan Gerhana Bulan)
A.
Gerhana
Gerhana
adalah fenomena astronomi yang terjadi sebuah benda angkasa bergerak ke dalam
bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini umumnya digunakan untuk gerhana
matahari ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, atau gerhana
bulan saat sebagian atau keseluruhan penampang Bulan tertutup oleh bayangan
Bumi. Namun, gerhana juga terjadi pada fenomena lain yang tidak berhubungan
dengan Bumi atau Bulan, misalnya pada planet lain dan satelit yang dimiliki
planet lain.
Sistem
tata surya kita yang terdiri atas sembilan planet, bulan, komet, dan asteroid
yang merupakan atau anggota benda-benda angkasa. Benda-benda angkasa tersebut
selalu bergerak secara tetap. Pusat dari benda-benda angkasa atau tata surya
kita adalah Matahari. Matahari berputar pada porosnya (rotasi) selama 25 hari.
Bumi yang merupakan planet ketiga dari Matahari, berputar pada porosnya dalam
jangka waktu 24 jam. Selain berputar pada porosnya, bumi juga berputar
mengelilingi matahari atau disebut juga revolusi. Jalur bumi untuk mengitari
matahari disebut dengan orbit.
Untuk
mengelilingi matahari, bumi memerlukan waktu selama 365 ¼ hari atau kira-kira 1
tahun. Bulan mengelillingi bumi selama 27 ½ hari. Karena bumi juga berputar,
maka bulan memerlukan waktu lebih untuk kembali pada posisinya semula. Bulan
merupakan tetangga terdekat Bumi dalam tata surya. Terkadang selama dalam jalur
orbitnya, bulan dan bumi menjadi satu garis atau sejajar. Ketika hal ini
terjadi maka inilah yang disebut dengan Gerhana. Secara garis besar gerhana
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: gerhana matahari dan gerhana bulan.
D. Perhitungan Gerhana Bulan
C. Gerhana Bulan
Gerhana
bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh
bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada
satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan
karena terhalangi oleh bumi.
Gerhana
bulan terjadi apabila bulan masuk kedalam bayangan bumi.
sehingga
terhalangnya cahaya Matahari. Jika cahaya Matahari tidak bisa mencapai Bulan --
keseluruhan atau sebagian -- karena terhalang oleh Bumi (dengan kata lain Bulan
berada dalam bayangan Bumi), maka peristiwa itu dinamakan gerhana bulan. Ada
dua macam bayangan: umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan tambahan).
Jika kita berada dalam umbra sebuah benda (misalnya umbra Bulan), maka sumber
cahaya (dalam hal ini Matahari) akan tertutup keseluruhannya oleh benda
tersebut. Sedangkan jika kita berada dalam penumbra, sebagian sumber cahaya
masih akan terlihat. Namun demikian, saat gerhana bulan total, meski Bulan
berada dalam umbra Bumi, Bulan tidak sepenuhnya gelap total karena sebagian
cahaya masih bisa sampai ke permukaan Bulan oleh efek refraksi atmosfer bumi
Gerhana bulan bisanya terjadi pada saat bulan purnama. Perbedaan jenis-jenis
gerhana bulan tersebut terletak pada bayangan Bumi mana yang jatuh ke permukaan
Bulan saat fase maksimum gerhana terjadi.
Pada
gerhana bulan, dengan memperhatikan piringan bulan yang memasuki bayangan inti
bumi, maka gerhana bulan itu ada dua macam, yaitu gerhana bulan total dan
gerhana bulan sebagian.
a) Gerhana Bulan Total
Gerhana
bulan total atau sempurna atau kulliy terjadi manakala posisi
bumi-bulan-matahari pada satu garis lurus, sehingga seluruh piringan bulan
berada didalam bayangan inti bumi.
Jika
saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan
inti atau umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan total.
Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47
menit.
b) Gerhana Bulan Sebagian
Jika
hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi
berada dalam bayangan penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka gerhana
tersebut dinamakan gerhana bulan sebagian.
Gerhana
bulan sebagian atau ba’dliy terjadi manakala posisi bumi-bulan-matahari tidak
ada pada satu garis lurus, sehingga hanya sebagian piringan bulan saja yang
memasuki bayangan inti bumi.
Pada
dasarnya perhitungan gerhana bulan adalah menghitung waktu, yakni kapan atau
jam berapa terjadi kontak gerhana bulan.
Untuk
gerhana bulan sempurna atau total akan terjadi empat kali kontak, yakni:[5]
Ø
Kontak pertama adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh masuk pada bayangan
bumi. Pada posisi inilah waktu mulai gerhana.
Ø
Kontak kedua adalah ketika seluruh piringan bulan sudah memasuki bayangan bumi.
Pada posisi inilah waktu mulai total.
Ø
Kontak ketiga adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh untuk keluar dari
bayangan bumi. Pada posisi inilah waktu akhir total.
Ø
Kontak keempat adalah ketika seluruh piringan bulan sudah keluar dari bayangan
bumi. Pada posisi inilah waktu gerhana berakhir.
Sedangkan
pada gerhana bulan sebagian hanya dua kali kontak, yaitu:
Ø
Kontak pertama adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh pada bayangan bumi.
Pada posisi inilah waktu mulai gerhana.
Ø
Kontak kedua adalah ketika piringan bulan sudah keluar lagi dari bayangan bumi.
Pada posisi inilah waktu gerhana sebagian berakhir.
Apabila
terjadi gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan, dianjurkan oleh
Rasulullah SAW. agar kaum muslimin melaksanakan shalat gerhana, memperbanyak
do’a, memperbanyak takbir, dan memperbanyak shadaqah, sebagaimana sabda Nabi
SAW:
عَنِ
اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( اِنْكَسَفَتِ اَلشَّمْسُ عَلَى
عَهْدِ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ, فَقَالَ
اَلنَّاسُ: اِنْكَسَفَتِ اَلشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ, فَقَالَ رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم "إِنَّ اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ
آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا
رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا اَللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ" )
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: ( حَتَّى تَنْجَلِىَ )
Al-Mughirah
Ibnu Syu'bah Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada zaman Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah terjadi gerhana matahari yaitu pada hari wafatnya
Ibrahim. Lalu orang-orang berseru: Terjadi gerhana matahari karena wafatnya
Ibrahim. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan
seseorang. Jika kalian melihat keduanya berdo'alah kepada Allah dan sholatlah
sampai kembali seperti semula." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari
disebutkan: "Sampai terang kembali."
فَإِذَا
رَأَيْتُمُوْ همَا فَكَبِّرُوْا وَادْعُوْاالله وصَلُّوْا وَتَصَدَّ قُوْا
“Apabila
kamu melihatnya (gerhana matahari atau gerhana bulan) maka hendaklah kamu
bertakbir, berdo’a kepada Allah, melaksanakkan shalat[6], dan bersedekah”. (HR.
Bukhari dan Muslim dari A’isyah).
Perhitungan Gehana Bulan
Perhitungan
Gerhana Bulan dengan sistem Ephemeris Hisab Rukyat ditempuh dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menghitung kemungkinan terjadinya gerhana bulan dengan
menggunakan tabel gerhana, dengan cara menjumlahkan data dari :
a.
Kelompok Tahun
b.
Satuan Tahun
c.
Gerhana Bulan
Catatan
: Hasil penjumlahan antara 00o s/d 360o
Gerhana
Bulan dimungkinkan terjadi apabila hasil penjumlahan tersebut berkisar antara :
Ø
000o s/d 014 o
Ø
165 o s/d 194 o
Ø
345 o s/d 360 o
2.
Melakukan konversi dari penanggalan hijriyah ke penanggalan
masehi tanggal kemungkinan terjadi gerhana bulan tersebut dan hanya akan
terjadi saat bulan purnama, sekitar tanggal 15 bulan Qamariyah.
3.
Mencari FIB terbesar pada kolom Fraction Illumination Bulan.
4.
Menghitung Sabaq Matahari (B1)
5.
Menghitung Sabaq Bulan (B2)
6.
Menghitung jarak Matahari dan Bulan (MB) dengan rumus : MB = ELM
– (ALB- 180)
7.
Menghitung Sabaq Bulan Mu’addal (SB) dengan rumus : SB = B1 – B2
8.
Menghitung Titik Istiqbal (TI) dengan rumus : TI = MB : SB
9.
Menghitung waktu Istiqbal (Is) dengan rumus : Is = Waktu FIB + TI
– 00 : 01 : 49.29
10.
Melacak data dari Ephemeris saat terjadi istiqbal secara interpolasi :
a.
Semi Diameter Bulan (SDƒ)
b.
Horizon Parallax Bulan (HPƒ )
c.
Lintang Bulan(Lƒ) pada kolom Apparent Latitude
d.
Semi Diameter Matahari (SDo)
e.
Jarak Bumi (JB) pada kolom True Geocentric Distance
Matahari
11.
Menghitung Horizon Parallax (HPo) dengan rumus : Sin HPo = sin 08.794” : JB
12.
Menghitung jarak bulan dari titik simpul (H) dengan rumus : sin H = sin Lƒ :
sin 5o
13.
Menghitung lintang bulan maksimum terkoreksi (U) dengan rumus : tan U =
[tan Lƒ : sin H]
14.
Menghitung lintang bulan minimum terkoreksi (Z) dengan rumus : sin Z = [sin U x
sin H]
15.
Menghitung koreksi kecepatan bulan relatif terhadap matahari (K) dengan rumus :
K = cos Lƒ x SB : cos U
16.
Menghitung besarnya semidiameter bayangan inti bumi (D) dengan rumus : D = (HPƒ
+ HPo – SDo) x 1,02
17.
Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan ketika
piringan bulan mulai bersentuhan dengan bayangan inti bumi (X) dengan rumus : X
= D + SDƒ
18.
Menghitung jarak titik pusat bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan ketika
seluruh piringan bulan mulai masuk pada bayangan inti bumi (Y) dengan rumus : Y
= D – SDƒ
19.
Menghitung jarak titik pusat bulan ketika piringan bulan mulai bersentuhan
degan bayangan inti bumi (C) dengan rumus : cos C = cos X : cos Z
20.
Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai ketika
piringan bulan bersentuhan dengan bayangan inti bumi sampai ketika titik pusat
bulan segaris dengan bayangan inti bumi (T1) dengan rumus : T1 = C : K.
Catatan
: Bila Y lebih kecil daripada Z maka akan terjadi gerhana bulan sebagian. Oleh
karena itu, E dan T2 berikut ini tidak perlu dihitung.
21.
Menghitung jarak titik pusat bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi
sampai titik pusat bulan ketika seluruhpiringan bulan masuk pada bayangan inti
bumi (B) dengan rumus : cos E = cos Y : cos Z
22.
Menghitung waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berjalan mulai titik pusat
bulan saat segaris dengan bayangan inti bumi sampai titik pusat bulan ketika
seluruh piringan bulan masuk pada bayangan inti bumi (T2) dengan rumus : T2= E
: K
23.
Koreksi pertama terhadap kecepatan bulan (Ta) dengan rumus : Ta = cos H : sin K
24.
Koreksi kedua terhadap kecepatan bulan (Tb) dengan rumus : Tb = sin Lƒ : sin K
25.
Menghitung waktu gerhana (T0) dengan rumus : T0 = [sin 0.05 x Ta xTb]
26.
Menghitung waktu titik tengah gerhana (Tgh) dengan cara : Perhatikan Lintang
Bulan (LÄ) dalam kolom Apparent Latitude Bulan pada jam FIB terbesar dan pada
satu jam berikutnya. Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin mengecil maka Tgh
= Istiqbal + T0 – ΛT Jika harga mutlak Lintang Bulan semakin membesar maka Tgh
= Istiqbal – T0 – ΛT
Catatan
:
Ø
ΛT adalah koreksi waktu TT menjadi GMT
Ø
Bila dikehendaki dengan waktu WIB, tambahkanlah 7 jam.
Ø
Bila hasil penambahan terbenut lebih dari 24, maka kurangilah dengan 24.
Sisanya itulah waktu titik tengah gerhana tetapi pada tanggal berikutnya dari
tanggal Ephemeris.
27.
Menghitung waktu mulai gerhana dengan rumus : Mulai Gerhana = Tgh – T1
28.
Menghitung waktu mulai gerhana total dengan rumus : Mulai Total = Tgh – T2
29.
Menghitung waktu selesai gerhana total dengan rumus : Selesai Total = Tgh + T2
30.
Menghitung waktu selesai gerhana dengan rumus : Selasai Gerhana = Tgh + T1
Catatan
: Gerhana bulan akan terlihat pada malam hari, sehingga jika awal gerhana lebih
besar daripada waktu terbit matahari, atau akhir gerhana lebih kecil daripada
waku terbenam matahari di suatu tempat maka gerhana bulan tersebut tidak dapat
terlihat dari tempat ybs.
31.
Jika terjadi gerhana bulan sebagian ( Y < Z ), maka untuk menghitung lebar
gerhana (LG) atau magnitudo yakni lebar piringan bulan yang masuk
dalam bayangan inti bumi dapat dilakukan dengan rumus sbb : LG = (( D + SDƒ – Z
) : 2 x SDƒ ) x 100%
Apabila
dikehendaki satuan ukurnya dengn ushbu’ (jari), maka hasil perhitungan lebar
gerhana ini dikalikan 12.
32.
Mengambil kesimpulan dari perhitungan yang telah dilakukan, yakni menyatakan
hari apa, tanggal, dan jam berapa terjadi kontak-kontak gerhana bulan, serta
menyatakan lebar gerhana untuk gerhana sebagian.
[1]
Muhyiddin Khazin, ILMU FALAK DALAM TEORI DAN PRAKTIK (Perhitungan Arah Kiblat,
Waktu Shalat, Awal Bulan dan Gerhana), Cet. III, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2008), hlm. 187
[2]
Ibid…,188
[3]
Ibid.
[4]
Ibid…, hlm. 190
[5]
Ibid…, hlm. 191
[6]
Kedua shalat gerhana matahari dan bulan itu hukumnya sunnah muakkad. Waktu
melaksanakan shalat gerhana matahari yaitu dari timbul gerhana itu sampai
normalnya matahari seperti biasa, atau sampai terbenam.
Sedangkan
shalat gerhana bulan waktunya mulai dari terjadinya gerhana itu sampai terbit
kembali, atau sampai normalnya bulan tersebut sampai terbit matahari, meskipun
bulan belum kembali normal.
Cara mengerjakannya:
a.
Dikerjakan dua raka’at, boleh dilakukan sendiri-sendiri,
tetapi lebih baik dikerjakan berjama’ah.
b.
Bila dalam shalat gerhana bulan maka bacaan Fatihah dan
surat Al-Qur’an dinyaringkan (keras), dan bila gerhana matahari maka bacaannya
adalah lembut (tidak nyaring).
[7]
Ibid…, hlm. 195.
BACAAN LAINNYA..........
0 Komentar